Sabtu, 15 Januari 2011

Tentang Apa?

Pertanyaan itu seringkali muncul ketika saya hendak menulis sesuatu. Baik berupa essay, cerpen, puisi atau lainnya. Bingung. Mungkin hampir semua penulis pernah mengalami hal itu. Mungkin. Tapi seiring bertambahnya jam terbang, pertanyaan itu akan semakin jarang terpikirkan. Yang ada hanyalah “aliran pikiran”.

Ya. Apa yang ada di pikiran kita bisa kita tuang, kita alirkan begitu saja. Saya begitu terpesona dengan kata-kata ini ketika saya membaca tulisan Pak Hernowo – salah seorang pakar Quantum Writing Indonesia – yang membahas mengenai “Flow”. Mengalir, atau aliran pikiran.

Menulis dengan jalan mengalirkan, menumpahkan apa saja yang ada di dalam pikiran kita rasanya memang akan sangat nikmat. Menyegarkan! Kita tidak lagi terbebani dengan kata-kata yang harus kita rangkai. Kita tidak lagi harus dipusingkan mengenai tema. Kita tidak perlu dipusingkan mengenai bagaimana tanggapan orang lain atas tulisan kita. Terserah orang lain mau menilai seperti apa. Yang perlu kita lakukan adalah melakukan tugas kita sebagai penulis. Menulis!

Tapi bagaimana seseorang bisa menuliskan apa yang ada di pikirannya? Apa memang semudah itu?

Awalnya mungkin memang tidak mudah. Apalagi bagi yang tidak pernah menulis. Mungkin akan terasa kaku, hambar, kosong. Atau tulisannya akan terlihat menyebalkan, membosankan, omong kosong, bikin ngantuk, dan seterusnya. Tapi itu sebuah awal yang bagus. Teruskan saja. Semakin sering kita menulis, semakin ahli pula kita mengungkapkan pikiran kita.

Setiap kita pasti juga pernah bertanya jawab dengan diri kita sendiri. Tentang tindakan yang harus kita ambil. Tentang benar salah. Tentang rasa marah atau sedih. Tentang kegalauan, dan seterusnya. Dialog dalam pikiran kita itu sebenarnya modal dasar bagi kita untuk menulis. Ya. Tulis saja semua tanya jawab itu. Tak perlu risau hasilnya tidak bagus. Masalah koreksi itu belakangan. Yang penting tulis saja dulu. Dan dari pengalaman saya, ternyata menuliskan apa-apa yang menjadi pertanyaan dalam diri kita justru membantu kita untuk menjawab pertanyaan itu sendiri.

Sebagian penulis yang sudah berpengalaman juga menyarankan untuk menulis segala sesuatu yang kita jumpai di sekitar kita. Mungkin kita menemukan hal menarik ketika di jalan, di rumah atau dimanapun. Tentang orang-orang yang kita jumpai. Tentang kendaraan. Tentang teknologi yang membutakan kita. Tentang waktu yang merenggut kita. Tentang cinta yang terabaikan. Tentang makanan kesukaan. Tentang peliharaan yang menyusahkan, dan apa saja. Semua bisa jadi bahan tulisan.

Yang pasti, usahakan ketika menulis, jadilah diri sendiri. Tak perlu lah kita menggunakan kata-kata yang muluk-muluk, yang puitis (kecuali kalau memang sastra ya), yang aneh-aneh, jika itu semua tidak menggambarkan diri kita, pikiran kita. Rasanya akan menjadi tidak jujur. Kejujuran dalam menulis itu penting, karena itulah yang menjadikan tulisan kita menjadi bernilai. Baik bagi diri kita sendiri maupun bagi siapapun yang membaca tulisan kita. Bagaimana, masih juga bertanya “tentang apa?”

(Bahasan di atas diinspirasi dari tulisan Pak Hernowo yang berjudul “Flow” dalam rubrik Plong di www.mizan.com, tanggalnya saya lupa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar