Dalam
sebuah acara, saya bertemu dengan seorang teman beserta putri kecilnya yang
baru berusia dua tahun. Saya menyapanya dan mencoba mengajak bicara pada putri
kecilnya. Putri kecil itu memandang saya sebentar lalu memalingkan pandangannya
ke arah lain yang mungkin lebih menarik perhatiannya. Tetapi kemudian teman
saya, ibunya, mengatakan bahwa putrinya seorang penakut. Apalagi jika berada di
tempat yang ramai seperti itu. Saya tercenung sejenak. Tiba-tiba saya merasa
saya harus meluruskan pandangan teman saya tersebut.
Kita
semua tahu bahwa anak kecil adalah seorang peniru yang terbaik. Pertama kali ia
memandang dunia, mendengar, merasa, berkata, semua diperolehanya dari
lingkungannya. Dia merekam semuanya. Lalu menirukannya sebaik mungkin. Setiap
perkataan, tingkah laku seseorang akan menarik perhatiannya. Itulah sebabnya
seorang anak kecil senantiasa menjadi makhluk yang selalu ingin tahu, selalu
ingin mencoba. Tak heran pula bila kemudian kita jumpai ada seorang anak kecil tapi
ia begitu menjengkelkan, kata-katanya pedas, atau sebaliknya ia begitu penurut,
ramah, dan sebagainya. Semua itu adalah pengaruh lingkungan awal yang
membentuknya.
Lingkungan
awal ini terutama adalah lingkungan keluarga, orang tuanya, atau siapapun yang
mengasuh dan merawatnya. Demikian pula dengan perkataan orang tua, pandangan,
tingkah laku, sikap. Seorang anak secara sadar ataupun tidak sadar merekam
dalam memorinya. Dalam contoh kasus dengan teman saya dan putrinya tersebut,
seorang anak yang “diberi label” penakut oleh orang tuanya, maka ia akan tumbuh
sebagai anak yang penakut. Demikian pula jika anak dikatakan sebagai pemberani,
pemalu, nakal, sopan, pintar, baik hati, dan seterusnya.
Pandangan-pandangan
itu menjadi sugesti yang luar biasa bagi pertumbuhan mental seorang anak.
Ketika ia dikatakan sebagai penakut, maka otak bawah sadarnya secara otomatis
akan mengatakan bahwa “saya ini penakut. Saya takut terhadap segala sesuatu…”.
Ini mengakibatkan seorang anak tak akan berani berbuat sesuatu untuk mengubah
hidupnya. Ia akan mencari zona aman, sekalipun itu tak nyaman. Ia ingin
melakukan sesuatu untuk mengubah kondisi dirinya yang tak nyaman, tetapi
bisikan-bisikan bahwa dia seorang penakut, membuatnya selalu mundur untuk
melakukan sesuatu.
Sebaliknya,
seorang anak yang dari kecil selalu dipandang sebagai anak yang sopan, ramah,
maka dalam perjalanan hidupnya ia akan senantiasa memposisikan dirinya sebagai
orang yang sopan dan ramah. Semua itu berjalan tanpa kita sadari. Kelihatannya
memang sepele, tetapi sesungguhnya pandangan-pandangan kita terhadap anak akan
membentuk dirinya ketika dewasa. Maka
mulai sekarang, jika Anda punya anak, atau dekat dengan anak, berpandanglah
positif terhadap anak tersebut. Berpikirlah bahwa ia anak yang hebat, luar biasa,
dan pastikan anak itu tahu kalau Anda memandangnya demikian. Ucapkan kata-kata
yang baik, bersikap yang baik, agar ia selalu menerima sugesti positif
tersebut, sehingga suatu saat anak itu akan menjadi anak yang baik, yang luar
biasa, seperti yang Anda harapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar