Sabtu, 12 Juli 2014

The Messenger



Kita hanyalah penyampai pesan.  Saya baru menyadari hal itu, setelah membaca ayat Al Qur’an yang berbunyi “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka” [Q.S. Al Ghasyiyah (88): 21-22].

Pesan yang disampaikan kepada seseorang, sekelompok orang, penguasa, atau kepada siapapun bisa berbentuk macam-macam. Diantaranya adalah dengan peringatan – seperti ayat di atas -, ide / gagasan, analisis, larangan, maupun anjuran. Terkadang ada rasa jengkel, kesal, manakala ide kita, gagasan kita, larangan kita, diabaikan oleh orang lain. Padahal hal-hal yang kita serukan merupakan hal yang baik – setidaknya dari kacamata kita-. Tetapi memang demikianlah. Setiap orang punya sudut pandang berbeda. Setiap orang punya pengalaman berbeda.

Bisa jadi ketika kita memaparkan sebuah konsekuensi jika sebuah tindakan diambil, orang lain tidak sepakat karena mereka pernah mengalami atau mengetahui konsekuensi tindakan tersebut, yang ternyata berbeda dengan yang kita sampaikan.  Terlebih jika yang kita sampaikan hanyalah berupa asumsi, teori, abstraksi, atau prediksi belaka. Pun jika, yang kita sampaikan merupakan hasil penelitian empiris, atau bahkan sebuah kebenaran yang diajarkan agama misal,  hal itu tidak lantas menjadikan ide kita selalu disetujui. 

Maka yang perlu kita pahami kemudian adalah bahwa kita hanyalah seorang penyampai pesan. Kita tidak punya kuasa untuk mengubah pemikiran seseorang. Meskipun kita seorang pemimpin, katakanlah demikian. Kita punya kuasa untuk menggerakkan orang. Tetapi kita tidak punya kuasa untuk mengubah pemikiran atau kesadaran seseorang. Mungkin mereka patuh dalam sikap atau tindakan, tetapi tidak dalam pemikiran.

Kita tidak perlu cemas, gelisah, panik, kesal, marah, kecewa atau mengeluarkan ekspresi lainnya jika pesan kita diabaikan seseorang. Yang terpenting adalah kita menunaikan tugas kita sebagai penyampai pesan. Bahwa kemudian seseorang tergerak untuk mengikuti pesan kita atau tidak, hal itu di luar kekuasaan kita. Yang perlu kita perhatikan adalah prosesnya, upaya kita untuk membuat sebuah perubahan melalui sebuah pesan. Kita harus memastikan bahwa kita telah menjalani sebuah proses yang benar, melakukan sebuah upaya yang terus-menerus. Lalu biarkan waktu yang kemudian menunjukkan kepada kita sebuah kenyataan sejarah yang kita tuliskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar