Minggu, 12 Juni 2011

Team Work

Awalnya saya adalah tipe orang yang suka mengerjakan segala sesuatu sendirian. Seiring berjalannya waktu, saya mulai menyadari, adakalanya saya harus bekerjasama dengan orang lain. Dalam sebuah tim kerja. Untuk menghasilkan sesuatu secara lebih baik, atau untuk tujuan / kepentingan bersama.

Namun ternyata membentuk tim kerja bukanlah sesuatu hal yang mudah. Kendati ada banyak orang yang memiliki kepentingan bersama, ada sesuatu yang harus diperjuangkan bersama, ternyata tidak semua orang memiliki kesadaran yang sama. Ada saja orang-orang yang menganggap perjuangan itu tidak penting. Maunya hanya menikmati hasilnya. Saya jadi teringat cerita tentang Bani Israil. Ketika Nabi Musa AS mengajak mereka untuk melawan suatu kaum yang zalim, Bani Israil menjawab, “…pergilah engkau berdua dengan Tuhanmu untuk berperang…”. Seakan-akan hanya Nabi Musa yang membutuhkan kebebasan dari penindasan. Bahkan lebih lagi, ucapan mereka menyiratkan seakan-akan Allah yang butuh kemenangan atas hamba-Nya!! Ckk..ck…ck…

Tapi memang itulah sifat Bani Israil. Maunya enak sendiri. Kalau tinggal menikmati hasil yang baik, mereka berbondong-bondong menyambutnya. Nah, sayangnya, diantara umat Muslim pun ada yang bersifat demikian. Banyak malah. Sifat seperti inilah diantaranya yang menghambat saya ketika hendak membentuk sebuah tim kerja. Hal yang sama juga dialami oleh teman yang lain yang juga menjadi Ketua Tim. Tim kecil memang telah terbentuk dan mampu bekerja dengan baik. Tapi tim yang lebih besar, melibatkan orang yang lebih banyak, sungguh berat rasanya.

Dalam Islam sendiri team work bukanlah hal yang asing. Betapa banyak Nabi telah memberi contoh pentingnya kerjasama tim. Mulai dari hal yang sederhana seperti membangun rumah, masjid, gotong-royong dalam masyarakat, shalat, sampai berperang. Dalam Islam juga diajarkan agar merapatkan barisan ketika shalat agar tampak seperti bangunan (benteng) yang kokoh. Dengan adanya benteng yang kokoh tak akan ada musuh yang mampu menerjang.

Benteng akan berdiri kokoh manakala satu tiang dengan tiang lain terjalin dengan kuat. Dengan kayu atau batu yang seperti jaring. Mengikat kuat. Itulah kerjasama. Ketika satu anggota tim bekerja dengan giat melakukan tugasnya, ia sesungguhnya membuat jalinan yang kuat dengan rekannya. Jika semua anggota tim bertindak demikian, maka akan tercipta “benteng”, sehingga tujuan dibentuknya tim akan mudah tercapai.

Sebaliknya, jika ada satu saja yang “ngglendor”, maka akan terbentuk lubang pada benteng itu. Sehingga bisa saja ada anak panah yang masuk, tombak, atau apapun yang bisa merobohkan benteng atau mencelakai penghuni benteng. Namun sekali lagi, pintu gerbang dari kerjasama adalah kesadaran. Bukan paksaan. Paksaan hanya membuat sebuah bangunan terlihat kokoh tetapi pada dasarnya rapuh. Maka inilah yang mesti dipecahkan terlebih dahulu. Bagaimana membangun sebuah kesadaran kolektif. Kesadaran yang menguatkan. Agar tercipta sebuah kerjasama yang baik. Agar tercapai sebuah cita-cita bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar