Kita hanyalah penyampai
pesan. Saya baru menyadari hal itu,
setelah membaca ayat Al Qur’an yang berbunyi “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang
memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka” [Q.S. Al
Ghasyiyah (88): 21-22].
Pesan yang disampaikan kepada
seseorang, sekelompok orang, penguasa, atau kepada siapapun bisa berbentuk
macam-macam. Diantaranya adalah dengan peringatan – seperti ayat di atas -, ide
/ gagasan, analisis, larangan, maupun anjuran. Terkadang ada rasa jengkel,
kesal, manakala ide kita, gagasan kita, larangan kita, diabaikan oleh orang
lain. Padahal hal-hal yang kita serukan merupakan hal yang baik – setidaknya
dari kacamata kita-. Tetapi memang demikianlah. Setiap orang punya sudut
pandang berbeda. Setiap orang punya pengalaman berbeda.
Bisa jadi ketika kita memaparkan
sebuah konsekuensi jika sebuah tindakan diambil, orang lain tidak sepakat
karena mereka pernah mengalami atau mengetahui konsekuensi tindakan tersebut,
yang ternyata berbeda dengan yang kita sampaikan. Terlebih jika yang kita sampaikan hanyalah
berupa asumsi, teori, abstraksi, atau prediksi belaka. Pun jika, yang kita
sampaikan merupakan hasil penelitian empiris, atau bahkan sebuah kebenaran yang
diajarkan agama misal, hal itu tidak
lantas menjadikan ide kita selalu disetujui.
Maka yang perlu kita pahami
kemudian adalah bahwa kita hanyalah seorang penyampai pesan. Kita tidak punya
kuasa untuk mengubah pemikiran seseorang. Meskipun kita seorang pemimpin, katakanlah
demikian. Kita punya kuasa untuk menggerakkan orang. Tetapi kita tidak punya
kuasa untuk mengubah pemikiran atau kesadaran seseorang. Mungkin mereka patuh
dalam sikap atau tindakan, tetapi tidak dalam pemikiran.
Kita tidak perlu cemas, gelisah,
panik, kesal, marah, kecewa atau mengeluarkan ekspresi lainnya jika pesan kita
diabaikan seseorang. Yang terpenting adalah kita menunaikan tugas kita sebagai
penyampai pesan. Bahwa
kemudian seseorang tergerak untuk mengikuti pesan kita atau tidak, hal itu di
luar kekuasaan kita. Yang perlu kita perhatikan adalah prosesnya, upaya kita
untuk membuat sebuah perubahan melalui sebuah pesan. Kita harus memastikan
bahwa kita telah menjalani sebuah proses yang benar, melakukan sebuah upaya
yang terus-menerus. Lalu biarkan waktu yang kemudian menunjukkan kepada kita
sebuah kenyataan sejarah yang kita tuliskan.